Pages

Tuesday, November 23, 2010

Mencintai Musik Tradisional Khas Indonesia :

Jangan Mau Kebudayaan Kita Terhimpit Arus Modernisasi


Sadarkah Anda bahwa Indonesia memiliki kekayaan yang besar akan seni dan budayanya? Sadarkah Anda bahwa musik khas atau musik tradisional Indonesia itu juga tak kalah indah dengan musik modern? Atau, tahukah Anda bahwa Indonesia memiliki sumber daya musik yang sangat mengagumkan sejak zaman dahulu kala?

Alangkah baiknya jika pertanyaan di atas dapat menyadarkan kita semua bahwa Indonesia juga punya identitas musik aslinya. Indonesia juga memiliki banyak kebanggaan dari apa yang dimilikinya, dan salah satunya adalah musik. Kemudian, mungkin jauh lebih baik jika kita memahami dan menguasai alat musik serta permainan musik khas bangsa sendiri daripada mempelajari musik modern yang berasal dari negara asing. Ya, saat ini tak banyak orang yang memiliki pemikiran seperti itu. Paradigma yang berlaku pada manusia khususnya remaja yang identik dengan perkembangan musik adalah berkembangnya musik modern di dunia mereka, hingga mereka harus mempelajari dan menguasai musik yang mereka kagumi tersebut. Entah apa yang terjadi, mereka memiliki hasrat yang tinggi kepada bawaan budaya asing tersebut, tanpa pernah menghiraukan musik tradisionalnya. Contoh nyatanya, seorang anak yang beranjak dewasa di Indonesia saat ini cenderung mempelajari gitar yang konon katanya berasal dari Afrika dan berkembang di Eropa bukan berusaha mengenali musik tradisional. Itu merupakan sebuah bukti bahwa musik tradisional sudah tidak lagi mendarah daging pada orang asli Indonesia sendiri.

Coba kita kaji salah satu musik tradisional khas Indonesia yang berasal dari daerah Sumatera Barat, atau dari suku bangsa Minangkabau. Minangkabau memiliki berbagai macam seni dan budaya khasnya, seperti tari, musik, randai, dan lain-lain. Musik yang dimiliki Minangkabau juga beragam ritmenya mulai dari musik lembut kemayu yang menyejukkan, musik yang menyedihkan, hingga musik yang sangat memacu adrenalin pendengarnya. Semua ritme tersebut dipengaruhi oleh alat-alat musik yang dimainkan. Apabila seorang pemusik tradisional Minangkabau memainkan saluang, yaitu sebuah alat musik tiup yang terbuat dari ruas bambu yang tebal memiliki panjang sekitar setengah meter, dengan 4 lobang yang harus dimainkan dengan dua jari dari masing-masing tangan, maka akan terdengarlah musik yang mengalun merdu, lembut, bisa berkesan indah, bisa juga berkesan menyedihkan bahkan mengerikan. Begitu juga bansi, juga alat musik tiup dengan kurang lebih 10 lobang, hampir sama memainkannya dengan alat musik recorder, dapat mengayunkan suasana menjadi lembut, tentram dan damai.

Tak hanya itu, adrenalin pendengar juga bisa terpacu apabila talempong, pupuik, gandang, canang, tambua, dan tansa dipadukan dalam sebuah kesatuan kelompok musik dan dimainkan bersamaan. Talempong adalah sebuah alat musik yang berbentuk gamelan jawa, ukurannya lebih kecil, dimainkan dengan pukulan namun memiliki nada layaknya nada piano dari Do hingga Si. Pada suatu organisasi kebudaayan Minangkabau tempat saya mengaktualisasikan diri di Universitas Padjadajaran, yaitu Unit Pencinta Budaya Minangkabau (UPBM) dan juga organisasi kebudayaan Minangkabau di perguruan tinggi lainnya, seperti Unit Kesenian Minangkabau Institut Teknologi Bandung, serta yang lainnya, talempong dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu bagian melodi yang menjadi nada utama dalam sebuah lagu, di samping bansi dan pupuik dan bagian ritm (rhytme) yang menjadi pengiring musik keseluruhan. Kemudian terdapat canang yang ukurannya lebih lebar daripada talempong, dengan bunyi yang nge-bass, dan fungsinya juga sama seperrti gitar bass pada sebuha grup band. Yang terakhir adalah alat musik pukul, yaitu gandang, yaitu alat musik pukul yang terbuat dari gelondong kayu yang kedua belah sisi bolongnya ditutupi oleh kulit sapi, sehingga bunyinya bisa berfrekuensi rendah dan berfrekuensi menengah. Tambua juga alat musik pukul yang memiliki frekuensi bunyi rendah, sehingga bunyinya nge-bass dan Tansa memiliki frekuensi bunyi menengah hingga tinggi sehingga bunyinya lebih lantang.

Semua alat musik tersebut dimainkan layaknya memainkan alat musik di sebuah grup band. Talempong melodi layaknya gitar melodi; talempong ritm sebagai gitar ritm; canang sabagai bass; gandang, tambua, dan tansa yang digabungkan menjadi rangkaian satu set drum. Semua alat musik tersebut bisa dimainkan layaknya sebuah grup band yang saat ini dominan disukai oleh kawula muda. Semua kesatuan alat musik tersebut dapat memainkan berbagai lagu yang bersemangat yang memacu adrenalin pendengar dan digunakan untuk mengiringi tarian Minangkabau yang kebanyakan bersesensi keceriaan.

Jadi, tidak sepantasnya musik tradisional khas Indonesia itu dipandang sebagai musik yang kuno dan dinilai terbelakang. Warga Indonesia yang hidup di zaman modern saat ini banyak yang tidak mengenali budaya dan seni tradisionalnya sendiri akibat terhimpit arus budaya dari luar negeri. Jika kita bandingkan dengan orang Eropa, mereka masih mencintai alat musik tradisional mereka. Sebaliknya kita, boro-boro memeliharanya, mengenalnya saja mungkin enggan dan gengsi, dan hal inilah yang menyebabkan banyak budaya khas Indonesia banyak dicuri oleh bangsa asing, seperti negeara tetangga. Sudah saatnya kita sadar akan kepemilikan dan kebanggaan seni dan budaya kita sendiri. 

Oleh : Afif Permana Aztamurri

No comments:

Post a Comment